Senin, 26 September 2016

Full Day School Timbulkan Polemik, Ini Tanggapan Mendikbud Muhajir Effendy

Sahabat pembaca Info Full Day School, sudah tahukah anda bahwa Program Full day school yang digagas Mendikbud Muhajir Effendy menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, menyikapi itu Mendikbud Muhajir mengungkapkan Program Full day school merupakan keinginan presiden yang merupakan implementasi revolusi mental, saya adalah pembantu presiden tentu saja saya harus mematuhinya bahkan saya bersedia di bulli.

"Full day school merupakan implementasi pendidikan karakter, bag yang cinta pendidikan harus dukung full day scholl," kata Mendikbud Muhajir Effendi ketika Kunjungan kerja perdana di Kota Padang Sumbar, Sabtu (24/9/2016).

Ia menjelaskan, "Full Day School" bukan berarti peserta didik belajar seharian di sekolah. Namun sistem yang memastikan bahwa peserta didik bisa mengikuti kegiatan-kegiatan penanaman pendidikan karakter, salah satunya kegiatan ekstrakurikuler.

"Jadi melalui Full Day School, setelah belajar setengah hari peserta didik tidak langsung pulang ke rumah, namun dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan, dan membentuk karakter, kepribadian, serta mengembangkan potensi," jelasnya.

Dalam perwujudan Pendidikan karakter itu, kata Muhadjir Effendy, pihak kementerian juga telah memberikan acuan bahwa dalam kegiatan pembelajaran di tiap-tiap sekolah, sebahagian besar porsinya harus diisi dengan pendidikan karakter.

Sementara itu, ketika berbicara di hadapan ratusan kader Muhammadiyah Sumbar, Muhadjir mengatakan, dirinya akan berupaya merestorasi pendidikan dasar dan menengah (SD-SMP), termasuk pendidikan karakter bagi anak didik. Selain itu, ia juga akan membenahi kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan profesionalisme para pendidik.

"Saya tidak akan mengutak-atik masalah sertifikasi guru. Namun, harapan saya, profesionalisme seorang guru juga harus ditingkatkan terus. Jangan ada guru yang tidak layak, tetapi tetap saja menuntut sertifikasi, bahkan prosesnya minta dipermudah," kata Mendikbud.

Menyinggung pendidikan di jenjang SMA dan SMK, Muhadjir mengatakan akan mencari formulasi yang tepat karena tidak semua lulusan SMA melanjutkan tahap pendidikan ke perguruan tinggi, alih-alih memilih untuk bekerja. Namun, karena tidak memiliki keterampilan dan keahlian, mereka akhirnya tidak bisa apa-apa di dunia kerja.

Walau demikian, lulusan SMK pun tidak semuanya langsung bekerja. Ada yang tetap melanjutkan tahap pendidikan ke perguruan tinggi. Meski mereka memiliki keterampilan sesuai minat yang diambil di SMK, jika kualitasnya tidak ditingkatkan dan memiliki keahlian yang memadai, mereka akan tergusur oleh tenaga kerja asing yang memiliki sertifikasi internasional.

"Kondisi ini yang akan kami carikan solusi agar kesenjangan dalam pendidikan bisa diminimalkan," ujarnya.

Berita ini bersumber dari Minangkabaunews.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar